Para Ilmuwan Berhasil Menemukan Gading Mammoth Berusia 100.000 Tahun di Dasar Laut
Jakarta - Bagi orang awam, seonggok benda panjang berwarna hitam yang tergeletak di dasar laut ini mungkin dikira hanya batang kayu biasa. Namun bagi para ilmuwan, itu adalah benda bersejarah yang sangat berharga, yakni gading mammoth sepanjang 1 meter.
Tim peneliti dari Monterey Bay Aquarium Research Study Institute menemukan gading mammoth tersebut pada 2019 saat menjelajahi gunung bawah laut di kedalaman 3.000 meter di bawah permukaan laut.
Awalnya, para peneliti Monterey Bay tidak bermaksud mencari gading mammoth. Mereka justru sedang menjelajah laut dengan menggunakan robot kapal selam tanpa awak untuk mencari spesies baru.
"Kamu mulai 'mengharapkan hal yang tidak terduga' ketika menjelajahi laut dalam, tetapi saya masih terkejut bahwa kami menemukan gading purba massive," kata Steven Haddock, ilmuwan senior di Monterey Bay Aquarium Research study Institute, sebagaimana dikutip Scientific research Alert.
Berdasarkan penelitian, gading massive yang ditemukan kali ini adalah milik massive betina Kolombia, mungkin salah satu yang hidup selama age Paleolitik awal, atau antara 2,7 juta hingga 200.000 tahun lalu.
Bagaimanapun, kata Daniel Fisher, ahli paleontologi di University of Michigan, sangat jarang menemukan gading massive di sepanjang dasar laut yang dalam. Saat ini para peneliti masih bekerja untuk menentukan usia mammoth tersebut, termasuk bagaimana dengan kehidupannya, seperti pola makan dan seberapa sering ia bereproduksi.
Selain itu, para ilmuwan juga sedang menganalisis radioisotop gading atau atom yang membusuk secara alami untuk menentukan berapa lama mammoth hidup. Ilmuwan dapat menentukan usia gading berdasarkan banyak isotop seperti uranium dan thorium yang ada di dalam fosil.
Hasil penelitian sementara, gading mammoth berusia lebih dari 100.000 tahun. Ilmuwan percaya, laut telah membantu gading terawetkan dengan baik. Suhu laut dalam diketahui berada di atas titik beku, rata-rata sekitar 4 derajat Celsius. Iklim dingin ini memperlambat laju pembusukan fosil, sama seperti makanan yang disimpan di fridge freezer.
Selain itu, tekanan bawah laut yang sangat tinggi juga berpengaruh pada laju pembusukan gading, tekanan air di dasar samudera adalah 1.100 kali lebih berat ketimbang air di permukaan.
"Jika gading itu ditemukan di darat, tidak akan mudah mengungkap sejarahnya," kata Terrence Blackburn, profesor di University of The golden state, Santa Cruz.
Tim peneliti dari Monterey Bay Aquarium Research Study Institute menemukan gading mammoth tersebut pada 2019 saat menjelajahi gunung bawah laut di kedalaman 3.000 meter di bawah permukaan laut.
Awalnya, para peneliti Monterey Bay tidak bermaksud mencari gading mammoth. Mereka justru sedang menjelajah laut dengan menggunakan robot kapal selam tanpa awak untuk mencari spesies baru.
"Kamu mulai 'mengharapkan hal yang tidak terduga' ketika menjelajahi laut dalam, tetapi saya masih terkejut bahwa kami menemukan gading purba massive," kata Steven Haddock, ilmuwan senior di Monterey Bay Aquarium Research study Institute, sebagaimana dikutip Scientific research Alert.
Berdasarkan penelitian, gading massive yang ditemukan kali ini adalah milik massive betina Kolombia, mungkin salah satu yang hidup selama age Paleolitik awal, atau antara 2,7 juta hingga 200.000 tahun lalu.
Bagaimanapun, kata Daniel Fisher, ahli paleontologi di University of Michigan, sangat jarang menemukan gading massive di sepanjang dasar laut yang dalam. Saat ini para peneliti masih bekerja untuk menentukan usia mammoth tersebut, termasuk bagaimana dengan kehidupannya, seperti pola makan dan seberapa sering ia bereproduksi.
Selain itu, para ilmuwan juga sedang menganalisis radioisotop gading atau atom yang membusuk secara alami untuk menentukan berapa lama mammoth hidup. Ilmuwan dapat menentukan usia gading berdasarkan banyak isotop seperti uranium dan thorium yang ada di dalam fosil.
Hasil penelitian sementara, gading mammoth berusia lebih dari 100.000 tahun. Ilmuwan percaya, laut telah membantu gading terawetkan dengan baik. Suhu laut dalam diketahui berada di atas titik beku, rata-rata sekitar 4 derajat Celsius. Iklim dingin ini memperlambat laju pembusukan fosil, sama seperti makanan yang disimpan di fridge freezer.
Selain itu, tekanan bawah laut yang sangat tinggi juga berpengaruh pada laju pembusukan gading, tekanan air di dasar samudera adalah 1.100 kali lebih berat ketimbang air di permukaan.
"Jika gading itu ditemukan di darat, tidak akan mudah mengungkap sejarahnya," kata Terrence Blackburn, profesor di University of The golden state, Santa Cruz.
Komentar
Posting Komentar